Majelis Riyadhoh dan Sabatin Nyatakan Dukungan untuk Murobbi Ruhina Mas Sayyid Maulana Syahriar
seputarindonesiatv.id || Bogor — Malam di Bogor belum sepenuhnya bertabur bintang. Kabut lembut turun menyelimuti daun dan doa, saat sekelompok murid duduk bersila beralas tanah, mengelilingi sosok muda dengan pandangan bening — Murobbi Ruhina Mas Sayyid Maulana Syahriar, Gurunda Sufi Tarekat Syadziliyyah.
Di hadapan beliau, cangkir-cangkir kopi sederhana mengepulkan aroma hangat. Namun bagi mereka yang hadir, kopi itu bukan sekadar minuman. Ia menjadi perantara dzikir, jalan sunyi menuju kesadaran.
“Ini bukan sekadar kopi,” ujar Mas Sayyid sambil tersenyum, “Ini jalan fana. Yang dicari bukan rasa lidah, tapi rasa jiwa.”
Dalam suasana penuh ketenangan, hadir pula Kakang M. Fuad Rifai, Pimpinan Majelis Riyadhoh dan Sabatin, yang menyatakan dukungan penuh kepada Mas Sayyid Maulana Syahriar dalam setiap kegiatan mujahadah dan dzikir Tarekat Syadziliyyah di Bogor dan sekitarnya.
“Kami mendukung sepenuhnya beliau dan perjuangan ruhani yang beliau bimbing,” ujar Kakang Fuad Rifai.
“Dukungan ini juga mewakili keluarga besar Majelis Riyadhoh dan Sabatin yang memiliki 313 cabang di seluruh Indonesia.”
Menurutnya, kehadiran Mas Sayyid Syahriar membawa angin baru bagi pembinaan spiritual generasi muda Islam. Melalui pendekatan yang lembut, beliau mengajarkan tasawuf bukan sebagai teori, tetapi sebagai pengalaman hidup yang membenihkan cinta dan kesadaran.
Malam itu, para jamaah Sabatin menjadi saksi bahwa dzikir tidak selalu lahir dalam lantunan suara, tetapi juga dalam diam yang penuh makna. Angin yang berhembus pelan seolah turut berdzikir, pepohonan tunduk dalam hening, dan langit pun seperti menyimak setiap kalimat yang keluar dari sang Gurunda.
“Kita ini bukan siapa-siapa,” ucapnya perlahan.
“Hanya butiran debu yang menanti untuk disapu pulang. Namun bila mengenal-Nya dalam kesadaran, maka setiap detik menjadi perjamuan Tuhan.”
Dalam pandangan beliau, cinta bukan untuk dimiliki, melainkan untuk dibening. Tarekat bukan sekadar gelar atau penampilan, tapi tentang melebur, mengenal, dan menjadi sadar. Maka dari itu, di hadapan Tuhan, tak ada yang tinggi. Semua sedang menunduk pada Yang Maha Tinggi.
Sentuhan ruhani Mas Sayyid Syahriar tidak perlu diumumkan, sebab dapat dirasakan oleh siapa pun yang hadir bersamanya. Dari mata yang tenang dan tutur yang lembut, terpancar makna bahwa tahta sejati tidak butuh kursi atau mahkota — cukup dengan hati yang berserah dan adab yang menyala.
Di akhir mujahadah malam itu, kopi menjadi saksi dan guru baru: bahwa dalam setiap teguk, ada pelajaran tentang hadir sepenuhnya — pelan, tapi pasti, menuju fana dan cinta.
#sufiindonesia#
#sufisyadziliyyah#
#sayyidsyahriar#
#riyadhohsabatin #
#gurundasufi#
Editor : Para Pencari Tuhan
